Tidak ada kata terlambat untuk menjalankan gaya hidup sehat selama jantung ini masih berdetak. Contohlah Ibu Heni Novianti yang berhasil menurunkan tekanan darahnya menjadi lebih stabil sejak hipertensi yang diderita pada tahun 2019. Kala itu, hipertensi menjadi penyebab keguguran kandungan beliau pada usia tiga bulan, karena aliran darah dari plasenta tidak membawa oksigen dan nutrisi yang cukup untuk kebutuhan janin. Namun, beliau berhasil bangkit dari kesedihan dan menjalankan gaya hidup sehat dengan menjaga asupan makan serta beristirahat yang cukup, sehingga kini tekanan darah beliau tetap stabil.

Maka dari itu, menjalani gaya hidup sehat sedini mungkin sangat penting. Percayalah, tidak ada kata terlambat!

Heni Tri Novianti, Commerce – Malang

Ibu Farah menyadari bahwa kesempurnaan bukanlah sesuatu yang mudah dicapai, sehingga ia tidak pernah menuntut diri sendiri untuk memiliki hidup yang sempurna. Baginya, yang terpenting adalah mengetahui apa yang ingin dicapai dalam hidup dan melakukan yang terbaik untuk mencapainya, kemudian berpasrah kepada Tuhan.

Sebagai seorang ibu pekerja, di kantor perhatiannya 100% fokus pada pekerjaan. Dalam perjalanan pulang, ia bisa meluangkan waktu untuk dirinya sendiri dengan membaca buku. Di rumah, perhatian nya100% fokus pada anak. Namun, setelah anak saya tertidur, iabisa memanfaatkan waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan kantor yang belum selesai. Ada kalanya Bu Farah hanya tidur 5 jam sehari dan saat itulah ia merasakan betapa pentingnya memiliki stamina yang prima dan tubuh yang sehat. 

Ia bersyukur karena diberkahi dengan stamina yang tinggi dan tubuh yang sehat, sehingga bisa menjalani hidup sebagai ibu pekerja dengan baik. Saya juga bersyukur karena saya mendapatkan dukungan yang luar biasa dari pasangan yang terus mendorong saya untuk mengembangkan diri dan atasan yang berperan tidak hanya sebagai bos, tetapi juga sebagai coach dalam bekerja. 

Farah Feddia, Marketing & International Operations – Head Office

Meninggalkan keluarga untuk merantau bukanlah hal yang mudah, apalagi jika jarak yang memisahkan mencapai ribuan kilometer.
Namun, itulah kenyataan yang harus dijalani oleh Bapak Dedy Mario. Sebagai seorang perantau, momen bersama ibu menjadi momen yang berharga dan tidak tergantikan oleh apapun. 

Mungkin tidak semua orang menyadari ini karena masih bisa sering menghabiskan momen bersama ibunya. Namun, apabila jarak atau bahkan kematian yang memisahkan, fakta bahwa kebersamaan tidak akan pernah bisa ditukar dengan apapun baru terasa benar adanya.

Saya meyakini bahwa segala hal baik yang saya miliki saat ini adalah hasil dari doa ibu saya dan ajaran ibu saya. Saat ini, hanya doa, cinta, dan ribang kala aksa yang dapat saya kirimkan untuk ibu saya. 

Mungkin hal ini terkesan sepele, tetapi jika kamu berada di posisi beliau, mungkin kamu pun akan merasakan hal yang sama. Nah, sudahkah kamu menghubungi ibunda tercinta hari ini?

Dedy Mario, Manufacturing – Padalarang

Bapak Arman Gultom, Bapak Dhoni Aflah, dan Bapak Rohmat adalah tiga serangkai yang telah bersahabat selama lebih dari satu windu. Bagi Bapak Arman Gultom, Bapak Dhoni Aflah dan Bapak Rohmat adalah senior yang menjadi tempat beliau bertanya, belajar, sekaligus mencari infomasi mengenai budaya kerja di Combiphar. Eratnya hubungan mereka bahkan turut mendekatkan anggota keluarga mereka yang kini saling mengenal dekat. Bapak Arman Gultom percaya bahwa kebersamaan membuat hidupnya menjadi lebih berwarna, karena beliau kerap saling berbagi dengan sahabat-sahabatnya. Di dalam susah, mereka berbagi; di dalam senang terlebih lagi. Bersama sahabat, ada banyak permasalahan yang bisa dipecahkan, walau hanya ditemani segelas kopi.

Arman Gultom, Commerce – Tangerang

Ibu Ance Yoselyn merupakan bagian dari divisi Corporate Communication & Community Development di Combiphar. Di divisi tersebut, beliau bertemu dengan Ibu Susana Aurelia Sianturi yang dipercayai memiliki kemiripan secara fisik dengan beliau. Awalnya, Ibu Ance tidak percaya, tetapi setelah memerhatikan lebih saksama, beliau mengakui bahwa perawakan mereka memang mirip. Itulah awal pertemanan mereka. Bagi Ibu Ance, kelucuan Ibu Susan adalah hal yang paling beliau sukai. Tidak hanya menghangatkan suasana, tetapi kelucuan Ibu Susan juga selalu berhasil mengembalikan semangat kerja. Canda dan tawa memberikan warna dalam keseharian mereka. Canda dan tawa jugalah yang menjadi kunci bagi Ibu Ance untuk menjaga kesehatan tubuh dan jiwa demi meraih kemenangan dalam bekerja.

Ance Yoslyn, Corporate Communication & Community Development – Head Office

Bapak Ahmad Faisal Herdiana merupakan salah satu orang yang sangat beruntung karena tidak pernah menderita penyakit berat seumur hidupnya, padahal sehari-hari beliau menempuh jarak sejauh 33 kilometer dengan berkendara motor untuk berangkat kerja dan pulang ke rumah. Bayangkan, dalam lima hari kerja, jarak yang beliau tempuh sudah melebihi sirkuit MotoGP! Apa kunci beliau dalam menjaga kesehatan? Sederhana saja, rutin berolahraga. Pada masa awal pandemi, beliau mengakui bahwa beliau menjadi jarang berolahraga. Namun, kini beliau rutin bermain futsal bersama rekan-rekan kerja di pabrik Combiphar di Padalarang dan beliau dapat merasakan manfaat rutin bermain futsal terhadap kesehatannya.

Ahmad Faisal Herdiana, Manufacturing – Padalarang

Semasa kecil, Ibu Julia Sujono sangat menggemari bersepatu roda. Setiap pulang sekolah, beliau selalu latihan bersepatu roda, hingga akhirnya beliau mengikuti lomba bersepatu roda secara diam-diam. Nah, karena belakangan ini sepatu roda kembali menjadi tren, beliau kembali menggemarinya.

Selain bersepatu roda, beliau juga rutin melakukan olahraga seperti plank, sit up, push up, dan lari. Dalam seminggu, minimal dua atau tiga kali beliau berolahraga di Gelora Bung Karno bersama teman-teman. Konsistensinya mengagumkan dan patut ditiru sampai-sampai Ibu Julia sering dibilang lupa umur.

Julia Sudjono, Project & Office Management – Head Office

“Selalu menjadi orang yang berguna bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan” adalah motto hidup Bapak Rian Juni Sumito.

Beberapa waktu lalu, beliau menerima panggilan telepon dari seorang dokter di Singkawang yang sedang menangani pasien dengan gejala penyakit Kawasaki. Sang dokter meminta obat Gammaraas dengan mendesak, karena pasien yang bersangkutan masih bayi dan ibu pasien menangis meminta dokter melakukan tindakan. Keesokan paginya, obat dikirim ke Singkawang dan tiba pada jam 4 sore. 

Keesokan harinya lagi, sang dokter menghubungi beliau kembali untuk mengabarkan bahwa pasien telah melewati masa kritis. Segala kekhawatiran terhadap pasien yang beliau rasakan langsung sirna. Di sisi lain, beliau turut merasa senang, karena bisa membantu dokter dan pasiennya.

Di Combiphar, bekerja sebagai medical representative memiliki fungsi lebih dari sekadar salesperson. Meskipun bukan seorang dokter, tetapi keberadaan medical representative membantu dokter untuk memakai produk Combiphar demi kesembuhan pasien.

Rian Juni Sumito, Commerce – Singkawang

Pasti kamu sering mendengar ungkapan “Nama adalah doa”, ‘kan? Bagi Bapak Omega Siregar, nama “QA Solid” yang diberikan kepada tim kerja beliau terbukti membuat kinerja tim semakin solid alias kompak. Apabila ada makanan untuk disantap bersama, tentunya beliau bagi bertiga dulu. Apabila ada sisa, baru beliau tawarkan kepada meja sebelah. Namun, itu jarang terjadi.

Tim beliau adalah pihak yang paling pertama tahu apabila ada masalah atau informasi baru yang berkaitan dengan pekerjaan. Saat beliau mengalami kesulitan pun, mereka akan menjadi pendengar pertama. Bagi beliau, mereka sangat berarti, karena mereka adalah “ring 1”.

Omega Siregar, Manufacturing – Padalarang

Siapa sangka bekerja di Combiphar bisa bertemu rekan kerja yang bisa menjadi panutan dengan nama seperti klub bola Italia?

Bagi Ibu Novita, Bapak Lasiya adalah sosok panutan. Dua kali terpilih sebagai karyawan terbaik Combiphar adalah bukti nyata kinerja Bapak Lasiya. Dari Bapak Lasiya jugalah Ibu Novita mengenal semangat kerja sama, kekeluargaan, dan melayani dengan tulus yang telah mengakar dalam budaya Combiphar. 

Keduanya memiliki banyak kesamaan, di antaranya sama-sama berasal dari Klaten dan memiliki dua anak. Selain itu, keduanya juga sama-sama menggemari seni. Bapak Lasiya adalah penyuka seni tari, sedangkan Ibu Novita penyuka seni bela diri.

Kini, Ibu Novita berkomitmen untuk meneruskan semangat kerja sama, kekeluargaan, dan melayani dengan tulus sebagaimana Bapak Lasiya mengajarkannya dulu.

Novita Diah Permatasari, Human Capital – Head Office